
Tuesday, January 6, 2009
at
7:27 AM
|
Tak Patah Semangat
Tantri pun mencoba minta penjelasan pada pihak panitia. Namun, jawaban yang diterimanya terkesan meremehkan, “Mereka menjawab dengan acuh tak acuh. Saya diminta kembali esoknya,” kenang gadis kelahiran 7 Agustus 1974 ini.
Tantri tak pernah semangat. Esok nya ia kembali lagi ketempat pendaftaran di Asrama Haji Sukolilo, dengan diantar kakaknya. Apa yang terjadi? Tantri kembali ditolak.
Meski ditolak untuk ke dua kalinya, Tantri tak patah arang. Ia mencoba mendaftarkan diri di panitia CPNS Sidoarjo. Malang, kembali ditolak. Malah kali ini lebih menyakitkan.
“Anda mau ngapain? Anda tidak bisa mendaftar disini. Anda tidak bisa mengajar di sekolah umum,” ujar Tantri, menirukan perkataan petugas CPNS saat itu.
Sebenarnya, tak banyak yang dituntut oleh gadis berjilbab ini. Hanya sebuah kesempatan yang sama seperti orang-orang pada umumnya dalam mendapatkan pekerjaan.
“Saya hanya ingin diberi kesempatan saja, masalah hasilnya biar tim penilai yang menentukan,” ucap Tantri.
Karena penolakan itu, Tantri bersama rekan-rekannya senasib berjuang mendapatkan hak-haknya. “Saya bersama teman-teman di Persatuan Penyandang Cacat Indonesia menggelar demo damai. Pernah juga kami menyurati Walikota Surabaya,” katanya.
Secercah harapan datang saat Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Surabaya tahun2005. Pada saat itu terjadi kontrak politik antara para Cawawali dengan Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPGI). Isinya, jangan sampai ada diskriminasi lagi dalam perekrutan CPNS.
Setelah menjalani perjuangan panjang dan berat, Tantri diperbolehkan mengikutinya. Tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata, putri bungsu dari pasangan Sutartono dan almarhum Siti Nurhayati ini pun mendaftarkan diri pada tanggal 7 Februari di kodam V Brawijaya.
Tantri pun mencoba minta penjelasan pada pihak panitia. Namun, jawaban yang diterimanya terkesan meremehkan, “Mereka menjawab dengan acuh tak acuh. Saya diminta kembali esoknya,” kenang gadis kelahiran 7 Agustus 1974 ini.
Tantri tak pernah semangat. Esok nya ia kembali lagi ketempat pendaftaran di Asrama Haji Sukolilo, dengan diantar kakaknya. Apa yang terjadi? Tantri kembali ditolak.
Meski ditolak untuk ke dua kalinya, Tantri tak patah arang. Ia mencoba mendaftarkan diri di panitia CPNS Sidoarjo. Malang, kembali ditolak. Malah kali ini lebih menyakitkan.
“Anda mau ngapain? Anda tidak bisa mendaftar disini. Anda tidak bisa mengajar di sekolah umum,” ujar Tantri, menirukan perkataan petugas CPNS saat itu.
Sebenarnya, tak banyak yang dituntut oleh gadis berjilbab ini. Hanya sebuah kesempatan yang sama seperti orang-orang pada umumnya dalam mendapatkan pekerjaan.
“Saya hanya ingin diberi kesempatan saja, masalah hasilnya biar tim penilai yang menentukan,” ucap Tantri.
Karena penolakan itu, Tantri bersama rekan-rekannya senasib berjuang mendapatkan hak-haknya. “Saya bersama teman-teman di Persatuan Penyandang Cacat Indonesia menggelar demo damai. Pernah juga kami menyurati Walikota Surabaya,” katanya.
Secercah harapan datang saat Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Surabaya tahun2005. Pada saat itu terjadi kontrak politik antara para Cawawali dengan Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPGI). Isinya, jangan sampai ada diskriminasi lagi dalam perekrutan CPNS.
Setelah menjalani perjuangan panjang dan berat, Tantri diperbolehkan mengikutinya. Tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata, putri bungsu dari pasangan Sutartono dan almarhum Siti Nurhayati ini pun mendaftarkan diri pada tanggal 7 Februari di kodam V Brawijaya.
Posted by
computer online
Labels:
Kisah
0 comments:
Post a Comment